Reference: An-Nahjus Shalih Fi 'Ardhir Rajuli
Waliyyatahu Wal Mar'ati Nafsaha 'Alar Rajulis Shalih,
Author :Abu Muhammad Khalid bin 'Ali bin Muhammad Al-'Ambari;
Translator: Abu Ammar Muhammad Yassir Al Kahfy
Contributor : Ibnu Tumingan
ABSTRACT:
Islam
sangat memuliakan wanita. Kedudukan wanita dalam Islam telah
ditempatkan pada tempat tinggi yang suci lagi mulia. Selama perjalanan
sejarah hidup manusia, Islam-lah yang telah melakukan terobosan besar
sangat istimewa dalam memuliakan wanita Islam
menetapkan bagi wanita hak-hak dan tanggung jawab yang harus dihormati.
Di antaranya, DISYARIATKAN BAGI WANITA UNTUK MENAWARKAN DIRINYA KEPADA
LAKI-LAKI SHOLEH YANG SEPADAN DENGANNYA. DENGAN HARAPAN, IA DAPAT
MENGARUNGI BAHTERA RUMAH TANGGA DENGAN BAIK, DAN DAPAT SALING TOLONG
MENOLONG DENGAN SUAMINYA DALAM BIRRI WA TAQWA.
Namun,
bukan berarti para wanita dianjurkan untuk menanggalkan rasa malu dari
dada mereka, tidak pula berarti harus menginjak-injak kehormatan mereka.
Tetapi, apabila mereka hendak menawarkan dirinya kepada seorang
laki-laki yang sepadan dan diketahui kesolehannya, maka HENDAKLAH
DILAKUKAN DENGAN TETAP MENTAATI ATURAN SYARIAT. CARILAH LAKI-LAKI YANG
BISA MEMBERIKAN PENILAIAN BAIK TERHADAP PENAWARANNYA, DAN YANG BISA
MENGERTI BAHWA PERBUATAN ITU ADALAH PERBUATAN YANG TERPUJI.
Inilah
beberapa terobosan yang hanya dimunculkan oleh islam. Suatu terobosan
yang sangat tinggi nilainya, yang menarik hati setiap kaum muslimin
serta diridhoinya. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali orang yang paham
tentang islam. Sungguh, demi Allah. Ini adalah perbuatan yang mulia.
Menunjukkan keutamaan, kemuliaan dan kekuatan iman serta menandakan
kedekatannya dengan Sunnah Rasulullah yang suci. Tidak ada yang
berpaling darinya kecuali hanya orang-orang tertutup mata hatinya. Tidak
ada yang menghina perbuatan ini kecuali orang yang yang dipalingkan
dari kebenaran.
Namun,
penawaran ini tidak mungkin dilakukan oleh wanita-wanita muslimah
kecuali mereka yang telah melepaskan diri dari belenggu fanatime batil.
Seperti fanatisme daerah, suku, mazhab dan lain-lain. Tidak mau menikah
kecuali dengan pemuda sebangsa setanah air, bermazhab sama,
.....ini.....itu dan lain sebagainya.
Marilah kita Lihatlah contoh tauladan dari beberapa sahabiyah yang telah melaksanakan amalan yang mulia ini:
1. WANITA TERBAIK DI ATAS BUMI PADA ZAMANNYA, KHADIJAH BINTI KHUWAILID
Pada
masa itu, kaum Quraisy terkenal sebagai kaum pedagang. Khadijah binti
Khuwailid juga seorang saudagar yang terpandang dan kaya raya. Ia
mengupah beberapa pria untuk menjual dagangannya. Ketika sampai
kepadanya khabar tentang Rasulullah yang terkenal jujur, terpercaya,
berakhlak mulia, maka ia mengupah Rasulullah untuk menjual perniagaannya
ke negeri Syam. Ia memberikan perniagaan yang paling baik dari yang
pernah dia berikan kepada orang lain sebelumnya. Seorang budak Khadijah
yang bernama Maisarah ikut bersama Rasulullah. Rasulullah menerima
tawaran tersebut, lalu beliau berangkat ke negeri Syam.
Singkat
cerita, setelah sampai kembali ke Mekkah, Maisarah menceritakan ihwal
Rasulullah seperti yang ia lihat. Maka Khadijah berkata kepada
Rasulullah: ?Wahai sepupuku, Sungguh saya sangat menyukaimu karena
kerabatmu, kedudukanmu di antara kaummu, amanahmu, akhlakmu yang mulia
serta karena kejujuranmu. Kemudian Khadijah menawarkan dirinya kepada
Rasulullah untuk dinikahi. Setelah Rasulullah mendapatkan tawaran itu,
Beliau menceritakan kepada paman-pamannya. Maka, paman beliau, Hamzah
bin Abdul Muttalib menemui Khuwailid bin Asad untuk meminang Khadijah.
Rasulullahpun menikah dengan Khadijah.
Ibnu
Hisyam berkata: ?Khadijah adalah wanita pertama yang dinikahi
Rasulullah dengan mahar sebanyak dua puluh ekor anak sapi. Beliau tidak
memadunya selama ia masih hidup.?
2. Dari TSABIT AL-BUNANI
Ia berkata: Saya pernah duduk bersama Anas bin Malik, dan kala itu hadir pula salah seorang putrinya. Anas
berkata: Dulu pernah datang seorang wanita menawarkan dirinya kepada
Rasulullah , sambil berkata: Wahai Rasulullah apakah engkau ingin
menikahiku ?
Putri Anas berkomentar: Sungguh sedikit rasa malu wanita itu, dan sungguh jelek perangainya.
Anas menjawab: Wanita itu lebih baik daripada dirimu. Karena ia cinta kepada Rasulullah, ia menawarkan dirinya.
3. Dari SAHL BIN SAAD AS-SAIDY
Ia
berkata: Pernah seorang wanita datang menemui Rasulullah. Ia berkata:
Wahai Rasulullah saya datang untuk menghibah diriku kepadamu. Rasulullah
memandanginya dari atas sampai ke bawah. Kemudian mengangguk-anggukkan
kepala. Ketika wanita itu melihat Rasulullah tidak memberikan keputusan
sedikitpun, ia duduk.
Lalu,
bangkitlah seorang pemuda. Ia berkata: Wahai Rasulullah, kalau engkau
tidak menginginkannya, maka nikahkanlah aku dengannya.
Rasul
bertanya: Apakah engkau memiliki sesuatu? Ia menjawab: Tidak, sungguh
aku tidak punya apa-apa wahai Rasulullah. Rasul berkata: Pulanglah ke
keluargamu. Mungkin kamu bisa mendapatkan sesuatu. Maka pergilah pemuda
ini. Setelah kembali ia berkata: Aku tidak mendapatkan apapun wahai
Rasulullah Rasul berkata: Carilah, walaupun hanya cincin dari besi.
Pemuda
ini pergi lagi, namun ketika kembali ia bekata: Aku tidak mendapatkan
apapun walau hanya cincin besi wahai Rasulullah. Tapi aku hanya punya
kain ini, akan kuberikan separoh.
Rasul
bertanya: Apa yang bisa kau lakukan dengan kainmu itu. Kalau engkau
kenakan, maka ia tidak bisa memakai kainmu. Tapi kalau ia yang memakai,
maka kamu tidak punya kain lainnya.
Pemuda
itu pun terduduk. Setelah agak lama, ia bangkit untuk pergi. Begitu
Rasulullah melihat ia sudah pergi beliau memerintahkan untuk
memanggilnya.
Rasul
bertanya kepadanya: Apakah kamu punya hafalan Al-Quran? Ia menjawab:
Saya bisa menghafal surat ini dan itu (ia menyebutkan beberapa surat
Al-Quran) Rasul bertanya: Apakah kamu benar-benar menghafalnya dalam
hatimu? Ia menjawab: Benar. Rasul berkata: Engkau kini dapat menikahinya
dengan hafalanmu itu.
Kedua
hadits di atas pada dasarnya MENCERITAKAN KISAH SAHABIYAH YANG
MENAWARKAN DIRINYA KEPADA RASULULLAH. Namun, bukan berarti PERBUATAN ITU
HANYA KHUSUS DIBOLEHKAN UNTUK RASULULLAH. Karena, ADA BENTUK PENAWARAN YANG KHUSUS BAGI RASULULLAH, yaitu HIBAH dan ada yang hanya berupa TAWARAN (‘ARDH) BIASA.
Perbedaan antara hibah dengan ?ardh (tawaran) sangat penting diketahui. Karena, keduanya sangat jauh berbeda.
HIBAH
adalah PERNIKAHAN YANG DILAKUKAN TANPA WALI dan TANPA MAHAR. Ini KHUSUS
BAGI RASULULLAH, TIDAK BOLEH DILAKUKAN OLEH ORANG LAIN SELAIN BELIAU.
Berbeda
dengan TAWARAN ('ARDH). Walaupun bentuk awalnya sama, yaitu SEORANG
WANITA MENAWARKAN DIRINYA KEPADA SEORANG PRIA, NAMUN PERNIKAHANNYA TETAP
DISELENG=-GARAKAN SECARA SYAR'I, DENGAN MENGHADIRKAN WALI DAN MEMBAYAR
MAHAR. INI BOLEH DILAKUKAN OLEH SIAPA SAJA, BUKAN KEKHUSUSAN RASULULLAH.
Imam
Bukhari memuat hadits kedua dan ketiga di atas dalam bab ‘Wanita
menawarkan dirinya kepada laki-laki soleh’ di kitab shahihnya.
Kedua
hadits di atas membuktikan bahwa WANITA YANG MENAWARKAN DIRINYA KEPADA
RASULULLAH BUKAN HANYA SATU ORANG. Seperti disebutkan dalam sebuah
riwayat dari Imam Bukhari dan yang lainnya:
Aisyah berkata: Saya sangat cemburu kepada wanita-wanita yang menghibahkan dirinya kepada Rasulullah.
Akan
tetapi, RASULULLAH TIDAK PERNAH MENIKAHI WANITA YANG MENGHIBAHKAN DIRI
KEPADA BELIAU. Semua istri Rasulullah adalah wanita yang dinikahi dengan
aqad pernikahan biasa atau budak wanita yang dihadiahkan kepada beliau
(seperti Mariah Qhibthiyyah). Ini adalah pendapat yang rajih di antara
para ulama. Rasulullah telah diberikan hak untuk memilih, menerima hibah
atau menolaknya.
Seperti yang Allah firmankan:
Dan
wanita mukminah yang menghibahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi ingin
menikahinya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan kepada seluruh kaum
mukminin. (Al-Ahzab:50)
Ibnu
Abi Hatim dan Ibnu Jarir membawakan ucapan Ibnu Abbas : Tidak ada
seorangpun istri Rasulullah dari wanita yang menghibah dirinya kepada
beliau.
Mungkin
saja -Allahu A’lam-, hikmah yang terkandung dalamnya adalah, NABI
KHAWATIR AKAN DATANG WANITA BERBONDONG-BONDONG UNTUK MENGHIBAH DIRINYA.
Bila beliau menikahi salah satunya dan menolak yang lain, maka akan
membuat mereka sedih. Atau jika Rasulullah menerima semuanya, maka akan
membuat beliau bertambah sibuk dan memikul tanggung jawab yang lebih
besar.
Tidak
diragukan lagi, bahwa KEBANYAKAN PARA SAHABIYAH SANGAT MENYUKAI UNTUK
MEMPEROLEH KEMULIAAN SEBAGAI ISTRI RASULULLAH. Dengan begitu mereka bisa
menjadi Ummahatul Mukminin, serta akan menjadi pendamping Rasul di
Surga kelak.
Al-‘Aini
berkata: Hadits tadi memuat dalil BOLEHNYA SEORANG WANITA MENAWARKAN
DIRINYA KEPADA LAKI-LAKI SHOLEH. Wanita itu juga boleh memberitahukan
bahwa IA MENCINTAI LAKI-LAKI TERSEBUT KARENA KESHOLEHANNYA, KEUTAMAAN
YANG DIMILIKINYA, KEILMUANNYA, DAN KEMULIAANNYA. Sungguh INI BUKAN SUATU
PERANGAI JELEK, BAHKAN INI MENUNJUKKAN KEUTAMAAN YANG DIMILIKI WANITA
ITU.
Sedangkan
komentar putri Anas -dalam Hadits tadi-, karena ia hanya melihat dari
luarnya saja. Ia belum mengetahui makna perbuatan wanita tersebut sampai
bapaknya, Anas, memberitahukan ia bahwa wanita itu lebih baik dari
dirinya.
Adapun,
APABILA SEORANG WANITA MENAWARKAN DIRINYA KEPADA SEORANG LAKI-LAKI
HANYA KARENA TUJUAN DUNIAWI, MAKA ITU ADALAH PERBUATAN YANG SANGAT JELEK
DAN SEBENARNYA IA TELAH MEMBUKA KEJELEKANNYA SENDIRI.
Ibnu
Hajar berkata: ?Dalam dua Hadits yang dibawakan Imam Bukhari itu,
menunjukkan KEBOLEHAN BAGI WANITA UNTUK MENAWARKAN DIRINYA KEPADA
LAKI-LAKI, DAN BOLEH MEMBERITAHUKAN BAHWA IA MENYUKAINYA. PERBUATAN INI
TIDAKLAH MERENDAHKAN MARTABATNYA. ADAPUN BAGI LAKI-LAKI YANG MENDAPATKAN
TAWARAN, IA MEMPEROLEH HAK UNTUK MENERIMA ATAU MENOLAK. AKAN TETAPI,
APABILA IA HENDAK MENOLAK JANGANLAH MENGUCAPKAN DENGAN TERUS TERANG, TAPI CUKUP DENGAN DIAM."
Al-Muhallab
berkata: Dalam Hadits tadi menunjukkan bahwa SEORANG LAKI-LAKI YANG
MENDAPATKAN TAWARAN HENDAKNYA TIDAK LANGSUNG MENERIMA, KECUALI APABILA
SUDAH TUMBUH RASA SUKA KEPADA WANITA TERSEBUT. Oleh karena itulah,
Rasulullah melihat terlebih dahulu ketika ada wanita yang menghibah
dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar