Senin, 16 April 2012

Izinkan Aku MencintaiMu Semampuku

Tuhanku,
Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintaiMu…
Lembar demi lembar kitab kupelajari…
Untai demi untai kata para ustadz kuresapi…
Tentang cinta para nabi
Tentang kasih para sahabat
Tentang mahabbah para sufi
Tentang kerinduan para syuhada

Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam
Kutumbuhkan dalam mimpi-mimpi dan idealisme yang mengawang di awan…

Tapi Rabbii,
Berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan kemudian tahun
berlalu…
Aku berusaha mencintaiMu dengan cinta yang paling utama, tapi…
Aku masih juga tak menemukan cinta tertinggi untukMu…
Aku makin merasakan gelisahku membadai…
Dalam cita yang mengawang
Sedang kakiku mengambang, tiada menjejak bumi…
Hingga aku terhempas dalam jurang
Dan kegelapan…


Wahai Ilahi,
Kemudian berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan tahun
berlalu…
Aku mencoba merangkak, menggapai permukaan bumi dan menegakkan jiwaku
kembali
Menatap, memohon dan menghibaMu:
Allahu Rahiim, Ilaahi Rabbii,
Perkenankanlah aku mencintaiMu,
Semampuku
Allahu Rahmaan, Ilaahi Rabii
Perkenankanlah aku mencintaiMu
Sebisaku
Dengan segala kelemahanku

Ilaahi,
Aku tak sanggup mencintaiMu
Dengan kesabaran menanggung derita
Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al musthafa
Karena itu izinkan aku mencintaiMu
Melalui keluh kesah pengaduanku padaMu
Atas derita batin dan jasadku
Atas sakit dan ketakutanku

Rabbii,
Aku tak sanggup mencintaiMu seperti Abu bakar, yang menyedekahkan
seluruh hartanya dan hanya meninggalkan Engkau dan RasulMu bagi diri dan
keluarga. Atau layaknya Umar yang menyerahkan separo harta demi jihad.
Atau Utsman yang menyerahkan 1000 ekor kuda untuk syiarkan dienMu. Izinkan
aku mencintaiMu, melalui seratus-dua ratus perak yang terulur pada
tangan-tangan kecil di perempatan jalan, pada wanita-wanita tua yang
menadahkan tangan di pojok-pojok jembatan. Pada makanan–makanan sederhana
yang terkirim ke handai taulan.

Ilaahi, aku tak sanggup mencintaiMu dengan khusyuknya shalat salah
seorang shahabat NabiMu hingga tiada terasa anak panah musuh terhunjam di
kakinya. Karena itu Ya Allah, perkenankanlah aku tertatih menggapai
cintaMu, dalam shalat yang coba kudirikan terbata-bata, meski ingatan
kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia.

Robbii, aku tak dapat beribadah ala para sufi dan rahib, yang
membaktikan seluruh malamnya untuk bercinta denganMu. Maka izinkanlah aku untuk
mencintaimu dalam satu-dua rekaat lailku. Dalam satu dua sunnah
nafilahMu. Dalam desah napas kepasrahan tidurku.

Yaa, Maha Rahmaan,
Aku tak sanggup mencintaiMu bagai para al hafidz dan hafidzah, yang
menuntaskan kalamMu dalam satu putaran malam. Perkenankanlah aku
mencintaiMu, melalui selembar dua lembar tilawah harianku. Lewat lantunan seayat
dua ayat hafalanku.

Yaa Rahiim
Aku tak sanggup mencintaiMu semisal Sumayyah, yang mempersembahkan jiwa
demi tegaknya DienMu. Seandai para syuhada, yang menjual dirinya dalam
jihadnya bagiMu. Maka perkenankanlah aku mencintaiMu dengan
mempersembahkan sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwahMu. Maka izinkanlah aku
mencintaiMu dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.

Allahu Kariim, aku tak sanggup mencintaiMu di atas segalanya, bagai
Ibrahim yang rela tinggalkan putra dan zaujahnya, dan patuh mengorbankan
pemuda biji matanya. Maka izinkanlah aku mencintaiMu di dalam segalanya.
Izinkan aku mencintaiMu dengan mencintai keluargaku, dengan mencintai
sahabat-sahabatku, dengan mencintai manusia dan alam semesta.

Allaahu Rahmaanurrahiim, Ilaahi Rabbii
Perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku. Agar cinta itu mengalun dalam
jiwa. Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar