CINTA, ADAM DAN HAWA
Cinta kan membawamu….. Kembali disini…. Menuai rindu… Membasuh perih
Bawa serta dirimu…… Dirimu yang dulu…. Mencintaiku….. Apa adanya……
Masih
ingat lagu diatas?? Bagi kamu-kamu penggemarnya Dewa, bukan aja ingat,
tapi pasti juga sangat hafal mulai dari awal ampe’ akhir lagu Cinta ‘Kan
Membawamu Kembali ini. N ngomong-ngomong…. bukannya mo ngajakin Sobat
untuk nyanyi lagu diatas lho, tetapi Bintang cuman pengen ngajak
kamu-kamu ngeliat apa yang dipahami oleh orang-orang disekitar kita
tentang kata yang satu ini…..CINTA. Yang biasanya, kata ajaib ini sering
diucapkan oleh dua orang manusia (Adam dan Hawa) ketika lagi jatuh
cinta.
CINTA DAN PACARAN
Cinta
itu indah Sobat…… ‘gak percaya?!! Buktinya, tanpa cinta…..(ada orang
bilang)…..dunia terasa hambar….. Contohnya, ketika kita melihat temen
kita lagi kena musibah, apa yang mendorong kita untuk membantunya kalo’
bukan karena kita punya cinta. Atau, kenapa kita, sebagai seorang anak,
punya keinginan untuk membahagiakan ortu kalo’ juga bukan karena kita
punya cinta. Dan terlebih…. bagaimana mungkin kita mo menikah dengan
seseorang (nantinya tentu), juga kalo’ bukan karena cinta……Tapi ada juga
yang karena cinta bisa bikin tawuran…. nah lho….. Jadi, kesimpulannya,
hanya dengan cinta-lah dunia ini jadi penuh warna.
Cinta
itu adalah sesuatu yang suci, sesuatu yang sakral. Dia dimiliki oleh
setiap manusia, artinya dia fitrah ada pada setiap orang. Bayangin aja
gimana dunia ini tanpa cinta…… Mungkin setiap orang pengen menang
sendiri, kagak kenal sama yang namanya saling bantu or saling menolong
sesamanya.
Dan
ternyata, ada sebagian dari temen-temen kita yang untuk menjalin cinta
ini tadi melakukan sebuah aktivitas yang namanya “saling mengenal”
(baca: pacaran). Ngapain aja sich mereka ketika melakukan aktivitas
pacaran itu?? Katanya…… kalo’ seorang Adam dan Hawa lagi kasmaran….
mulanya sich pandang-pandangan, trus pegang-pegangan, lalu ciuman…..
hingga akhirnya terjadilah free sex…… Ujung-ujungnya apalagi kalo ‘gak
MBA (married by accident), trus…. ngegugurin bayi dalam kandungannya.
Kalo’ gak gitu buang bayinya di selokan, di tong sampah, WC, de el el.
Ada
juga kasus yang terjadi kemudian, karena cinta, “jadi berani” terjun
dari gedung tingkat 40, suka minum Baygon, ngegantungin lehernya di
seutas tali….. plus ngiris nadi pake’ silet….. Yang finalnya, apalagi
kalo’ bukan menghadap Yang Maha Kuasa alias jadi punya gelar
almarhumah……
Ada
juga yang berkilah, alias tetep yakin sama yang namanya pacaran, dengan
alasan aktivitas pacaran merupakan suatu hal yang wajar, bahkan menjadi
suatu kebutuhan. Mo’ nikah dulu tanpa pacaran mah kurang afdol,
sehingga…. muncullah yang namanya pacaran, yang merupakan syarat
wajibnya nikah (emang sholat, ada syarat wajibnya segala?!!). Ditambah
lagi adanya dukungan dari para ibu, jika anak gadisnya belum ada yang
ngapelin, mereka jadi rada senewen…. Sepertinya anak gadis mereka kagak
laku di pasaran (sayur kali…..). Dan yang kadung kebablasan….. biar
diomongin orang sekampung, kalo’ udah cinta dianggapnya suara-suara itu
adalah angin lalu…. Mereka ngerasa bahwa dunia milik berdua. Atas nama
cinta pula sesuatu yang jelek bisa jadi bagus, sesuatu yang haram bisa
jadi halal.
Tapi,
ada juga ketika kaum Adam berusaha menjalin cinta ini dengan kaum Hawa,
bukan hal mengerikan seperti diatas yang didapat. Justru ridlo Allah
plus pahala-Nya yang didapat. Kok bisa?!!
Artinya…..
dengan contoh-contoh terjalinnya cinta diatas, ada yang mengerikan tapi
ada juga yang justru bisa ngedapetin ridlo Allah, kita mustinya harus
memilih gimana sich caranya menjalin sebuah cinta?!! Ingat firman Allah
berikut ini:
“Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah
mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” (Terj. QS Al Baqarah: 216)
ADAM DAN HAWA DALAM KACAMATA ISLAM
Kalo’
diatas dikatakan bahwa ada cinta yang ketika kamu-kamu ngejalinnya,
maka kamu akan mendapatkan ridlo Allah. Nah…. kenapa juga ridlo Allah
dikait-kaitkan dengan permasalahan cinta?!!
Yang
jelas, kalo’ kita ngakunya seorang muslim, mustinya kita ingat yang
satu ini, bahwa Allah SWT adalah Sang Pencipta sekaligus Sang Pengatur.
Yang dari hal inilah seseorang yang bergelar muslim tadi punya sebuah
konsekuensi keimanan, yaitu terikat dengan yang namanya aturan-aturan
Allah SWT. Saat kita udah mengucapkan 2 kalimat syahadat, maka itu
artinya kita bersumpah tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah
utusan Allah …. Ya berarti apa kata Allah, kita musti patuh…..
Allah
menciptakan manusia dalam 2 jenis, yaitu Adam dan Hawa (pria dan
wanita), yang masing-masing dari mereka memiliki hak dan kewajiban yang
sama di mata Allah. Sebagaimana firman-Nya:
“Hai
manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal” (Terj. QS Al Hujurat:
13)/
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan yang telah menciptakan kalian” (Terj. QS An Nisa’: 1).
Dan…
ternyata secara fitrah, manusia diciptakan Allah tidak sekedar tubuh
doang, tapi dilengkapi dengan yang namanya potensi kehidupan. Artinya,
seseorang dikatakan hidup ketika dia punya potensi tadi. Diantara
potensi-potensi tadi ada yang namanya kebutuhan jasmani (haajatul
‘udwiyah) dan naluri (ghorisah).
Dengan
kebutuhan jasmani misalnya, kamu-kamu bisa merasakan bahwa kamu punya
yang namanya rasa lapar en haus, kepingen BAB or BAK, punya rasa kantuk,
de el el. Dan kebutuhan ini sifatnya kudu dipenuhi, karena kalo’ kagak
dipenuhin, maka kamu bakalan sakit kemudian menghadap Allah SWT (alias
mati….). Bayangin aja, apa yang bakalan terjadi ketika kamu-kamu harus
puasa selama 40 hari 40 malam…. Potensi ini hanya akan muncul jika ada
rangsangan dari dalam (internal). Misalnya, selesai buka puasa perut
kita dah terisi penuh dengan makanan, apakah ketika kita ditawari makan
nasi soto semangkuk besar kita ho oh bae?!! Enggak kan….?!!
Potensi
selanjutnya adalah naluri. Naluri ini sifatnya kagak pasti. N kalaupun
‘gak kamu penuhin kamu nggak bakalan mati, paling-paling kamu akan
ngerasa gelisah (contohnya: makan kagak enak, tidur juga kagak nyenyak).
Naluri ini dibedain jadi 3 jenis, yaitu: pertama naluri/keinginan untuk
mensucikan sesuatu/beragama. Disebut sebagai ghorizah tadayyun.
Penampakannya?? Kamu-kamu pada punya agama dan punya sesuatu untuk
disembah (baca: Tuhan)?!! Ini berarti, secara manusiawi manusia punya
naluri tersebut. Kedua naluri untuk mempertahankan diri. Disebut sebagai
ghorisah baqo’. Manifestasi dari naluri ini misalnya, ketika kamu
dihina, sakit hati nggak?? Atau, kamu-kamu pasti punya keinginan jadi
sang juara, khan?!! Pengen selalu dipuji, de el el. Naluri yang ketiga
adalah naluri melestarikan jenis, bisa disebut ghorizah nau’.
Penampakannya ya yang seperti digambarkan diawal tadi. Kita bisa jatuh
cinta sama seseorang, sayang sama ibu dan bapak, teman, sodara, dan juga
kebutuhan kita untuk disayangi serta dicintai.
Nah…
naluri ini muncul ketika ada rangsangan dari luar. Contohnya gini
nich….. suatu ketika dimalam hari, kamu ada disuatu tempat yang
remang-remang N sepi, tapi disebelah kamu ada cowok cakep, nah… nau’-lah
yang bakalan muncul ketika itu. Tapi, jika saat itu kagak ada
siapa-siapa, baqo’-lah yang muncul (karena pasti kamu takut ketemu sama
yang namanya setan, khan……)
Ketika
yang namanya naluri muncul, dan kalo kita memenuhinya akan membawa kita
pada kemaksiatan, ya jangan dipenuhi…. Tapi, alihkan pada sesuatu yang
laen. Seperti dikatakan diatas, bahwa naluri ini kalaupun tidak
dipenuhi, manusia kagak akan mati, paling-paling cuman gelisah. Bisa
dialihkan?!! Of course guys. Buktinya, saat kamu lagi dimarahi ama
kepala sekolah, apa kamu bakal ingat sama cowok yang lagi jadi
idam-idaman kamu?!! Enggak khan!!
Karena
manusia hidup tuh hanya untuk memenuhi potensi-potensi ini tadi, maka
diperlukan suatu aturan supaya pemenuhannya bisa pas, sehingga tidak ada
yang namanya mengumbar nau’ (nafsu seksual), atau mengumbar baqo’
(dengan cara mencari harta sebanyak-banyaknya, gak peduli halal ato
haram), de el el. Dan aturan siapakah itu, tentunya adalah aturan Allah,
Dzat yang Maha Tahu hakekat ciptaannya, sehingga tahu mana yang paling
baik bagi manusia dan mana yang kagak.
Dan
karena bahasan kita kali ini adalah masalah Cinta Adam dan Hawa, maka
kita akan mengupas tuntas seputar ghorisah nau’ ini. Bagaimana dia harus
dipenuhi, kapan dia harus dipenuhi, dan kapan kagak…..
MENJALIN HUBUNGAN
Kita
hidup ini khan bermasyarakat (karena kita tergolong makhluk sosial),
sehingga dalam masyarakat, kita kagak mungkin hanya berinteraksi dengan
makhluk yang sejenis aja…. Dan disana jelas terjadi hubungan anara pria
dan wanita. Nah…. sebagai seorang yang ngakunya muslim, kita juga
mustinya nengok kata kamus kita (al Qur’an). Karena dalam Islam itu,
semua aktivitas pasti ada aturannya. Eh…… inget khan, kalo’ Islam tuh
kagak ngebahas masalah ibadah doang, misalnya sholat, puasa, zakat
atopun puasa. Islam ternyata juga ngatur maalah hubungan manusia dengan
manusia yang laen, misalnya jual-beli, pendidikan, termasuk juga
pergaulan antara pria dan wanita.
Di
dalam Islam, yang namanya hubungan antara pria dan wanita betul-betul
diperhatikan cing….. Karena, kesalahan dalam hubungan itu akan sangat
berbahaya (seperti contoh diatas). Baik itu pria ataupun wanita,
keduanya memiliki ghorizah nau’ (naluri untuk tertarik antara satu
dengan lainnya). Sehingga…… Islam membatasi interaksi antara pria dan
wanita ini. Membatasi disini bukan berarti kita kagak boleh ngomong ama
lawan jenis ato malah ketemu sama mereka sama sekali (Islam ‘gak
se-ekstrem itu kok….).
Dalam
Islam, ada beberapa kondisi yang memperbolehkan interaksi antara pria
dan wanita, seperti: jual beli, masalah pendidikan, kesehatan, de el el.
Ini karena mereka semuanya adalah hamba Allah SWT. Semuanya saling
menjamin untuk mencapai kebaikan N ngejalanin ketakwaan dan pengabdian
hanya kepada Allah SWT tanpa ngebedain apakah dia pria ato wanita.
Sebagaimana firman Allah:
“Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah Rasulullah yang diutus kepada kalian semuanya” (Terj. QS al A’raf: 158).
Meskipun
demikian, Islam sangat berhati-hati dalam menjaga permasalahan ghorizah
nau’ ini. Sehingga….. Islam melarang segala apa yang bisa mendorong
terjadinya hubungan seksual yang tidak disyariatkan oleh Islam (dalam
pernikahan). N ternyata Islam juga menetapkan hukum-hukum tertentu
terkait dengan hal ini. Diantaranya:
Ô
Islam memerintahkan manusia untuk menundukkan pandangan. “Katakanlah
kepada laki-laki Mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan
memelihara kemaluannya. Sikap demikian adalah lebih suci bagi mereka.
Sesungguhnya Allah Mahatahu atas apa yang mereka perbuat. Katakanlah
kepada wanita Mukmin, hendaklah mereka menahan pandangannya dan
memelihara kemaluannya” (Terj. QS an Nur: 30-31).
Ô
Adanya perintah Islam kepada kaum Hawa untuk mengenakan pakaian secara
sempurna, yaitu yang menutupi seluruh aurat wanita. “Janganlah mereka
menampakkan perhiasannya selain yang biasa tampak pada dirinya.
Hendaklah mereka menutupkan kerudung (khimar) ke bagian dada mereka”
(Terj. QS an Nur: 31).
Ô
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu,
dan wanita-wanita Mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka” (Terj. QS al Ahzab:59).
Ô
Islam ngelarang seorang wanita melakukan perjalanan lebih dari 1 hari 1
malam, tanpa disertai mahramnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
“Tidak diperbolehkan seorang wanita yang beriman kepada Allah dan Hari
Akhir melakukan perjalanan selama sehari semalam, kecuali jika disertai
mahramnya.”
Ô
Larangan Islam bagi pria dan wanita untuk berkhalwat (berdua-duaan).
“Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat, sebab syaithan
menemaninya. Janganlah salah seorang di antara kita berkhalwat, kecuali
wanita itu disertai mahramnya” (HR. Imam Bukhari dan Iman Muslim dari
Abdullah Ibnu Abbas ra).
Ô Islam ngelarang wanita untuk keluar rumah tanpa seijin suami ato walinya (ayah misal).
Ô
Islam menetapkan bahwa seorang wanita hendaknya hidup ditengah-tengah
komunitas wanita, dan pria ditengah-tengah kaum komunitas pria.
Ô
Hubungan antara pria dan wanita ditetapkan Islam hanya dalam hal-hal
yang bersifat umum aja. Misal, urusan-urusan muamalat. Bukannya hubungan
yang bersifat khusus semisal: curhat-curhatan, jalan-jalan malam
mingguan, yang dengan aktivitas ini yang namanya nau tadi tuh pasti
bakalan muncul.
Intinya
Non……. kalau Islam dah bilang seperti ini, ya konsekuensi atas keimanan
kamu adalah kagak ada banyak protesnya plus mengambilnya dengan penuh
keikhlasan. Berarti hanya ada satu solusi untuk memenuhi naluri ini….
NIKAH (ehm….kalo kamu dah siap). Nah….. pertanyaannya sekarang, trus
gimana dong kalo’ kita mo nikah?! Apa nunjuk orang, trus besoknya
langsung nikah?!! Kan belom tahu seluk beluk calon suami kita……
Sobat
tersayang…. tenang aja, karena ternyata Islam juga ngasih tahu
solusinya. Namanya khitbah (meminang). Ketika proses khitbah ini,
kamu-kamu boleh bertanya apapun ampe’ detil tentang calon istri/suami
kamu. Tapi, tetep harus syar’i. Kagak boleh ngeluarin jurus rayuan
gombal…. plus kagak berkhalwat. Yang perempuan harus ditemenin ama
mahramnya. Bisa batal kagak, kalo ternyata “dia” kagak maching ama
kita?? Tentu aja boleh…. Kita mah tetep harus milih-milih, mana yang
cocok mana yang kagak.
So….
kesimpulannya, kagak usah ragu untuk ngambil aturan ini karena memang
dia datangnya dari Allah SWT, Dzat yang Mahatahu mana yang terbaik buat
kita-kita. Dan inilah bukti cinta kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya,
tul gak……?!! Yaitu, dengan mentaati seluruh perintahnya N ngejauhin
seluruh larangannya-Nya.
(source : Buletin Bintang)
Ruginya pacaran
Kamu
kudu ngeh juga soal yang satu ini. Rugi di akhirat udah jelas. Rugi di
dunia juga sebetulnya sejelas siang hari. Cuma, bisa dinetralisir dengan
‘kenikmatan’ yang langsung didapat. Dasar! Pengen tahu lebih detil?
Mari kita tunjukkan.
Pertama, pacaran diduga kuat bikin kantong
bolong (biasanya untuk anak cowok). Gimana nggak, kamu jadi kudu nyiapin
anggaran lebih; selain buat diri kamu, tentunya biar disebut care ama
yayang-nya, kalo jalan kudu punya pegangan. Malu dong kalo jalan nggak
punya duit. Entar diledekin pake plesetan dari lagunya Bang Iwan Fals,
“Jalan bergandengan tak pernah jajan-jajan…” (he..he..). Itu sebabnya,
anak cowok kudu nyiapin segalanya buat nyenengin sang pacar. Iya dong,
masak makan sendirian kalo lagi jalan bareng? Emangnya pacar kamu obat
nyamuk dianggurin aja? So, pastinya kamu bakalan kena ‘roaming’ terus
(backsound: rugi dah gua..).
Tapi jangan salah lho, bisa jadi
anak cewek juga kudu nyiapin dana (kalo nggak minta ke ortu nodong sama
pacarnya—he..he.. teman cowoknya kena juga deh). Buat apa? Huh, tanpa
komunikasi, rasanya dunia ini sepi, bro! buat beli pulsa HP, terus
sekarang kan jamannya internet, ya untuk chatting atau kirim-kirim
e-mail cinta. Huh! Pacaran berat diongkos namanya. Bener-benar terpadu,
alias terpaksa pake duit!
Kedua, bisa kehilangan privasi lho. Iya
lah, kamu baru bisa nyadar kalo kamu udah putus sama yayang kamu.
Betapa kamu waktu itu udah memberikan informasi apapun sama kekasihmu.
Rahasia luar-dalam dirimu bisa kebongkar tanpa sadar. Celakanya, banyak
pasangan yang akhirnya putus. Nggak ada jaminan kan kalo akhirnya
pacarmu cerita sama yang lain setelah putus sama kamu? Atau… bisa juga
putus sama kamu karena udah tahu kebiasaan jelek kamu (koor: kasihan deh
eluh!..)
Ketiga, menggangu aktivitas produktif. Iya lah. Sebab,
pikiran kamu manteng terus ke si dia. Inget terus sama doi. Maklumlah,
bagi kamu yang kena ‘sihir’ kasmaran, pastinya inget terus sama doi.
Kayaknya nggak rela kalo sehari aja nggak ketemu or denger suaranya.
Nggak afdol kalo tiap jam nggak dapetin update info soal doi (emangnya
situs berita? He..he…). Persis kayak pelajar yang saban harinya makan
sambel melulu, katanya sih bisa bodoh. Lho? Iya, kalo ‘kerjaan’ makan
sambel itu membuat doi lupa belajar (he..he..he..). Nah, pacaran
disinyalir bisa membunuh produktivitas kamu. Hari libur joss terus sama
pacar kamu; ke tempat rekreasi, ke mall, dan sekadar jalan-jalan nggak
jelas juntrungannya. Padahal, bisa dipake untuk istirahat or kegiatan
bermanfaat seperti olahraga, ngelancarin belajar ngaji, menghadiri
kajian keislaman, dsb. Tul nggak?
Padahal hari biasa juga dipake
ngedate terus sama gebetan kamu. Kagak ada matinya. Jadi
produktivitasnya berubah. Tadinya mantengin pelajaran dan kegiatan
bermanfaat lain, pas pacaran jadi mantengin yayang-nya. Apa itu nggak
bikin kamu jadi kismin, eh, miskin produktivitas? Aduh, celaka banget
deh!
Keempat, rentan untuk sakit hati. Bener. Kegembiraan bisa
berubah jadi kesedihan. Maklum, namanya juga baru pacar, belum ada
ikatan kuat yang bisa melindungi kamu berdua. Jadinya, gampang banget
untuk putus. Cuma soal perbedaan kecil bisa jadi api yang membara.
Ujungnya, putus deh. Kalo udah putus cinta, aduh, sakit rasanya. Bener.
Perlu kamu pahami, kebanyakan orang berpacaran adalah petualangan. Jadi,
bukan untuk melanggengkan ikatan itu, tapi justru masih cari-cari
kecocokan. Bahaya!
Kelima, jangan bangga dulu punya pacar yang
tampilannya oke punya. Senyuman mautnya bisa menenangkan kamu, sekaligus
bikin gelisah. Siapa sudi kalo punya cowok mata keranjang? Nggak bisa
teteg di satu hati. Masih nyari penyegaran dengan akhwat, eh, cewek
lain. Siapa tahu malah kamu yang jadi ‘sephia’-nya. Cewek lain justru
kekasih sejatinya. Gubrag! (suara satu-suara dua: kasihaaan deh kamu…).
Keenam,
beware alias waspadalah! Kejahatan terjadi bukan karena niat pelakunya
saja, tapi juga karena ada kesempatan (hei! kok kayak Bang Napi sih?
He..he..he.). Gaul bebas bisa bablas euy! Kalo kamu udah saling lengket,
jangan harap akal sehat kamu dipake untuk mikir bener. Justru kamu
malah bimbang dengan ‘suara-suara’ yang ngomporin supaya melakukan
“begituan”. Pastinya kamu nggak mau dong kayak kasusnya Eno Lerian yang
menikah karena udah hamil duluan; Married by Accident! Naudzubillahi min
dzalik!
Tahan nafsu dong...!
Ingat-ingat pesan
Allah dan Rasul-Nya. Jangan mengklaim kebenaran dengan ukuran kamu
sendiri. Bahaya. Kamu bisa aja ngasih alasan bahwa pacaran adalah
menyenangkan. Itu hak kamu. Tapi jangan salah, kalo kebenaran diserahkan
kepada semua orang, bisa berabe. Itu sebabnya kudu ada patokan. Apalagi
kalo bukan aturan Allah dan Rasul-Nya. Betul?
“Dan janganlah
kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina adalah perbuatan yang
tercela dan jalan yang buruk,” (QS al-Isra [17]: 32)
Dari Jabir
ra, Rasulullah saw. berkata, “Ingatlah! Janganlah seorang laki-laki
menginap di sisi seorang wanita dalam satu rumah, kecuali dia
menikahinya atau dia mahramnya.” (HR Muslim)
Dalam sebagian
riwayat hadits Samurah bin Jundab yang disebutkan di dalam Shahih
Bukhari, bahwa Nabi Saw. bersabda:“Semalam aku bermimpi didatangi dua
orang. Lalu keduanya membawaku keluar, maka aku pun pergi bersama
mereka, hingga tiba di sebuah bangunan yang menyerupai tungku api,
bagian atas sempit dan bagian bawahnya luas. Di bawahnya dinyalakan api.
Di dalam tungku itu ada orang-orang (yang terdiri dari) laki-laki dan
wanita yang telanjang. Jika api dinyalakan, maka mereka naik ke atas
hingga hampir mereka keluar. Jika api dipadamkan, mereka kembali masuk
ke dalam tungku. Aku bertanya: ‘Siapakah mereka itu?’ Keduanya menjawab:
‘Mereka adalah orang-orang yang berzina.” Ih, naudzubillahi min dzalik.
Jadi
udah deh, pacaran itu nggak ada untungnya. Banyak sisi gelapnya. Rugi
dunia-akhirat lagi. Kalo pun menurut kamu ada untungnya, itu kan baru
perasaan kamu aja. Betul? Oke deh, kalo pun itu menyenangkan menurutmu,
apa ada jaminan kalo aktivitas kamu bebas dari dosa? Justru, pacaran itu
menyenangkan atau tidak menyenangkan buat kamu, tetep aja haram di
mata syariat! Jadi, jangan nekatz berbuat dosa. Waspadalah! n
Tidak ada komentar:
Posting Komentar